Disusun Oleh :
Nama : De Yahya
PENDAHULUAN
Olahraga adalahsebuah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, masing-masing makhluk hidup sudah tentu melakukannya. Dalam melakukan kegiatan ini ada tidak sedikit jenisnya dari mulai yang termudah hingga yang tersulit. Sedangkan olahraga sendiri telah ada dari zaman dulu, dari mulai zaman semua Nabi hingga masa kini.
Peradabaan Sejarah olahraga yang dibicarakan dalam tulisan ini mencakup sejarah zaman – zaman insan primitif, insan kuno, abad pertengahan dan abad – abad modern. Serta dipilih masa – masa yang menonjol saja sampai-sampai mudah dicerna garis pertumbuhan olahraga dari zaman ke zaman, pun hal – urusan yang sehubungan dengan kemajuan olahraga di Indonesia dan di dunia.
Peradabaan Sejarah olahraga butuh diketahui serta dicerna untuk kemudian dipakai sebagai pedoman dalam membangun olahraga masa sekarang di Indonesia. Dari sejarah olahraga diperoleh pengertian bahwa keolahragaan tidak pernah lepas dari situasi, kondisi, kebudayaan, falsafah serta taraf peradaban bangsa.
Peradabaan Sejarah olahraga pun memberikan cerminan tentang hubungan antara edukasi dan olahraga dalam pertumbuhan anak menjadi dewasa. Khususnya sejarah olahraga Indonesia akan menyerahkan pengertian tentang suasana keolahragaan di tanah air anda pada masa silam, masa sekarang dan memungkinkan guna masan depan.
PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA, SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA
A. PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA INDONESIA
Indonesia beriklim tropis yang tidak mengenal empat musim, dan terdiri dari puluhan ribu pulau-pulau besar dan kecil . Garis pantai paling panjang dan sungai pun tidak sedikit jumlahnya. Hutan lebat mayoritas menutupi pulau-pulau, kecuali di Nusa Tenggara Timur yang tidak cukup hujannya.
Dalam alam yang kaya raya tersebut hidup insan Indonesia primitif secara berkelompok-kelompok. Mereka mencari santap di hutan dan hewan buas ialah musuh utamanya. Dengan majunya peradaban insan Indonesia dapat membuat sumpitan, busur dan anak panah, tombak. Kemudian pun mampu menciptakan alat dari besi.
1. Zaman Primitif
Tidak mencengangkan bahwa anak Indonesia dididik cocok dengan kebutuhan hidup primitif masa-masa itu. Ikut ayah menciduk ikan, berburu, dan sebagainya adalahpersiapan langsung untuk tugas-tugasnya nanti bila sudah dewasa. Jadi menirukan serta mengupayakan adalahmetoda yang dipakai.
Meniti, mengayun, menggantung, mendayung, melompat, berenang, lari, menyelinap, dan sebagainya adalahperbuatan sehar-hari sampai-sampai pembentukan dan pertumbuhan fisik dilangsungkan baik dan sekaligus bersatu dengan pembentukan watak, kecerdasan, ketrampilan, bersiasat, dan sebagainya, sampai-sampai boleh disebut edukasi yang bulat dan menyeluruh.
Seperti pada bangsa-bangsa primitif lainnya suku-suku di Indonrsia pun mengenal upacara inisiasi, contohnya pada evolusi dari website pemuda menjadi dewasa, atau dari bujangan menjadi berkeluarga.
2. Zaman Kerajaan – Kerajaan
Kehidupan di zaman kerajaan-kerajaan besar di Indonesia separti zaman Sriwijaya, Mojopahit, Mataram ditandai oleh tata feodal yang mengasingkan jauh antara rakyat dan raja dengan adanya pegawai, prajurit dan kebangsawanan yang mengasingkan raja dari rakyat.
Yang ditinjolkan pada zaman kerajaan ialah sifat-sifat kejiwaan dan intelek serta keterampilan yang melebihi insan biasa, contohnya tidak nampak oleh musuh, dapat membuat istirahat lawan, kebal terhadap senjata tajam dan mantra-mantra, dan sebagainya
Contoh olahraga-olahraga pada zaman kerajaan:
a. Pencak Silat
Karena insan kuno paling hormat atau segan terhadap hewan buas maka tidak mencengangkan kalau sejumlah cara membela diri dihubungkan dengan keterampilan atau teknik menyerang/ bertahan binatang-binatang laksana kera, burung elang dan sebagainya.
Di abad ke 18 dan 19 di mana raja-raja sudah tidak sedikit ditundukan oelh penjajah, edukasi cinta tanah air melewati pencak silat semakin dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Yang di Jawa dilakukan agak terbuka ialah latihan-latihan pencak silat yang dikaitkan dengan pekajaran tari-tarian. Walaupun hanya format luar saja yang terlihat , pada prakteknya telah menciptakan anak-anak menjadi punya minat untuk menelaah pencak silat lebih jauh, dan sukses membuat anak menjadi lebih tergembleng jiwa raganya.
b. Sepak Raga
Permainan yang bnayak disukai dan ada secara luas di Indonesia ialah sepak raga, sebuah permainan bola dengan bola tercipta dari anyaman rotan. Ketangkasan menjaga bola di angkasa diiringi dengan bunyi-bunyian gendang atau gamelan, rebana, dansebagainya. Permainan dapat dilaksanakan sendirian atau oleh tiga orang sekaligus dengan memakai satu bola saja.
c. Ujungan
Keberanian dan ketabahan diuji dalam permainan ujungan, yakni di mana dua pemuda sambil memakai tongkat rotan mengupayakan mengenai kaki atau punggung lawannya. Permainan ini tersebar di Jawa dan Nusa Tenggara.
d. Okol
Juga ada sejenis tinju yang familiar dengan nama okol. Ini ada di Jawa Timur. Di Nias pemuda-pemuda diukur ketangkasannya dengan kemampuannya melompati tembok setelah memulai pada batu besar di depan tembok itu. Permainan di mana seorang anak, sambil memantau penglakannya mesti mengejar teman-teman yang bersembunyi paling baik guna menguji keberanian dan akal anak.
3. Zaman Penjajah Belanda
Pengaruh Swedia masuk di Nusantara melewati perwira-perwira angkatan laut kerajaan Belanda, antara beda Dr. Mikema yang ditempatkan di Malang. Di kota tersebut ia pun mengajar gymnastik untuk perwira bintara A.D. dan guru-guru sekolah. Pada tahun 1920 ia ditolong oleh Classen yang berijazah guru pelajaran jasmani guna sekolah menengah.
Sebelum Perang Dunia ke II di Surabaya terdapat GIVIO, sebuah Lembaga Pemerintah lokasi mendidik guru-guru olahraga.
Setelah Perang Dunia ke II dan Bandung yang diduduki oleh tentara Belanda didirikan Akademi Pendidikan Jasmani. Olahraga di sekolah berupa permainan, atletik dan senam. Di luar jam-jam sekolah ada peluang untuk belajar renang dan pelajaran atletik, sepakbola, basket dan sebagainya (di sekolah menengah).
Cabang-cabang olahraga dalam zaman penjajahan Belanda belum tidak sedikit yang digemari. Yang ada melulu sepakbola, atletik, renang, tennis dan horfbal.
Sesuai dengan taraf perjuangan bangsa Indonesia terbentuklah perkumpulan-perkumpulan olahraga yang mempunyai sifat nasionalis. Misalnya PSSI didirikan guna menandingi NIVU yang didirikan oleh orang-orang Belanda. Juga Indonesia Muda sebagai perkumpulan-perkumpulan putra-putri Indonesia sudah mempunyai bagian olahraga sepakbola dan atletik. Pola ini lantas berjangkit pula ke dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda lainnya.
4. Zaman Jepang
Indonesia diduduki Jepang sekitar tiga separuh tahun. Di sekolah-sekolah suatu latihan olahraga dipenuhi dengan senam pagi yang dinamakan Taisho, dan dilaksanakan sebelum mulai belajar. Jam olahraga dipenuhi secara bergiliran dengan baris-baris, sumo (gulat teknik Jepang), lari sambung membawa pasir dalam karung, rebutan bendera yang dilakukan oleh antara-regu-regu yang terdiri dari dari tiga orang. Permainan dan atletik semakin tersudut oleh olahraga Jepang, antaraKendo yang dilaksanakan dengan tongkat bambu.
5. Zaman Merdeka
Walaupun baru saja merdeka, dan sibuk menghadapi serangan-serangan balatentara Belanda yang bersembunyi di bawah selimut sekutu masuk Indonesia, pemerintah RI sudah memberi perhatian untuk olahraga yang waktu tersebut masih dikenal dengan istilah gerak badan. Ini terbukti dengan adanya saran tertulis dari Panitia Penyelidik Pengajaran (Desember 1945) tentang pendidikan dan pengajaran, diantaranya tentang gerak badan. Panitia mengaku bahwa edukasi baru lengkap bila ada edukasi jasmani (istilah baru untuk gerak badan), sampai-sampai tercapai sebuah harmoni (keselarasan). Mereka pun menyarankan adanya pelajaran militer guna murid-murid SMT (SMA) dan pelajar puteri mengemban pendidikan fisik perlu diacuhkan nasehat dokter. Bahan latihan sedapat-dapatnya dipungut dari khazanah permainan dan kesenian nasional. Dalam pelaksanaan edukasi jasmani butuh pula memanfaatkan musik (irama). Kepanduan dirasakan perlu guna dimasukkan ke dalam kurikulum. Perlombaan perlu, namun perlu dirintangi terjadinya akses-akses. Biaya pelaksanaan edukasi jasmani diberi oleh Pemerintah. Setiap sekolah butuh dilengkapi dengan lapangan olahraga. Bagi secepatnya dapat melaksanakan idea-idea diatas, perlu menyelenggarakan kursus-kursus kilat untuk semua guru.
Dari apa yang sudah terbaca di atas tersebut terlihat bahwa pemerintah RI zaman tersebut sudah lumayan luas pandangannya dan menyokong penuh pengamalan olahraga di sekolah.
Pendidikan fisik adalahusaha pula untuk menciptakan bangsa Indonesia sehat dan kuat bermunculan batin. Oleh karena tersebut pendidikan fisik berkewajiban pun memajukan dan merawat kesehatan badan, khususnya dalam makna preventif, tapi pun secara korektif.
Sekolah-sekolah guna mendidik guru edukasi jasmani ialah SGPD dan akademi PD, di samping itu terdapat kursus-kursus BI, kursus instruktur PD, kursus ulang PD.
Pada tahun 1961 dibentuklah Departemen Olahraga karena dibutuhkan badan yang lebih tinggi kedudukannya guna mengelola edukasi jasmani dan olahraga yang sejak ketika itu ditetapkan menjadi satu dalam istilah olahraga. Jadi semenjak saat tersebut tidak terdapat lagi pembedaan salah satu keduanya sebab olahraga ialah istilah Indonesia pribumi dan bukan terjemahan dari sport dan physical education. Sikap dan sifat mendidik telah otomatis tercakup dalam istilah olahraga.
Olahraga menjadi sarana “nation building” dan kususnya untuk digunakan menggembleng semua pemuda guna menjadi manusia-manusia Indonesia baru yang “berani menyaksikan dunia ini dengan muka yang terbuka, tegak, jasmani kuat, mental kuat, rohani kuat, fisik kuat”.
Dalam masa sesudah peristiwa berdarah coup G 30 S/PKI Indonesia perlu mencairkan diri secara total dari luka-luka yang sudah di deritanya. Ekonomi dan pangan menempati prioritas tertinggi dalam program Pemerintah Orde Baru. Dengan demikian olahraga yang sudah menurun prioritasnya tersebut semakin parah keadaanya dan prestasi yang tinggi hanya dijangkau oleh olahragawan bekas TC AsianGames/GANEFO saja. Peningkatan gairah dan sarana olahraga baru kelihatan sesudah lewat satu PELITA. Masyarakat disadarkan bahwa Pemerintah tidak mungkin diperbanyak bebannya dengan pengurusan olahraga secara sendirian, dan butuh adanya gerakan dalam masyarakat tersebut sendiri yang kuat guna memajukan olahraga. Maka timbullah sistem sponsor yang sedikit-sedikit mulai mendorong kegiatan-kegiatan baru dalam olahraga. Nasib yang sama dirasakan oleh olahraga di dalam sekolah. Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda tidak lagi memiliki pengaruh di dalam sekolah-sekolah dan guru-guru olahraga keadaanya laksana ayam kehilangan induknya. Di sekolah yang semakin padat dipenuhi dengan program-program edukasi hal-hal baru, laksana kependudukan, kesejateraan keluarga, masalah lingkungan, dan sebagainya. Semakin memojokkan olahraga.
6. Gerakan Olahraga
Kongres olahraga yang kesatu kali dilangsungkan dalam keadaan Indonesia merdeka ialah pada bulan Januari 1947 di Solo. Dalam kongres itu ditetapkan untuk menyusun satu wadah yang mengurusi olahraga, dan Pemerintah diminta guna meresmikannya. Wadah tersebut mendapat nama PORI, singkatan dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia. Pada malam peresmian PORI oleh Presiden Soekarnodilantik pula sebuah panitia yang bakal menangani masalah hubungan Olimpiade, mempunyai nama KORI : Komite Olimpiade Republik Indonesia, dan diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono IX.
Pembagian kerja dalam PORI semua ialah sebagai inilah : Ada bagian-bagian sepakbola, bola basket dan renang, atletik, bola keranjang penahan, tennis, bulutangkis, pencak silat, serta gerak jalan. Keuangan PORI dan KORI diperoleh dari subsidi Pemerintahan yang disalurkan melewati Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
Sewaktu di Tokyo diadakan Asian Games ke 3 (1958) Indonesia sudah menawarkan diri guna menjadi tuan lokasi tinggal Asian Games ke 4. Tawaran tersebut diterima sampai-sampai segala sesuatu butuh dipersiapkan dengan baik supaya tidak menciptakan malu bangsa dan negara. Ada tiga urusan yang butuh ditangani yakni penyediaan kemudahan utntuk pertandingan dan perkampungan olahragawan. Kedua ialah penyiapan team nasional yang tangguh, dan ketiga panitia pelaksana yang budiman serta mengetahui seluk-beluk ketentuan dan penataan yang berbobot Internasional.
Untuk itu disusun Dewan Asia Games Indonesia (DAGI). Semua pekerjaan organisasi olahraga ditempatkan di bawah pimpinan dan pemantauan DAGI, sementara KOI (Komite Olimpiade Indonesia, nama baru untuk KORI). Merupakan badan penolong Dewan, khususnya dalam masalah organisasi dan administrasi. Sebagai tindak lanjut DAGI memutuskan bahwa pimpinan sentral dilaksanakan oleh Komando Gerakan Olahraga (KOGOR), dan di tiap propinsi di bina Kantor Gerakan Olahraga yang selain merangkum Badan Persiapan Team Indonesia Daerah (BATIDA) pun mencakup KOI Daerah dan organisasi-organisasi olahraga lainnya. Keadaan diatas tersebut tidak dilangsungkan lama, sebab terus disusul oleh terbitnya Keputusan Presiden No. 496/1961 yang memberi wewenang sarat untuk mengatur, mengawasi, memimpin atau mengadakan segala peraturan dalam Keputusan Presiden nomor 79/1961, sampai-sampai KOGOR kedudukannya semakin kokoh dalam pengelolaan dan pembinaan olahraga.
Karena olahraga oleh Pemerintah diberi makna yang luas dan ditetapkan sangat urgen untuk pembangunan bangsa, maka dengan Keputusan Presiden No. 131/1962 dibentuklah Departemen Olahraga. Selama terdapat Departemen yang mengelola Olahraga, baik organisasi maupun prestasi olahraga terus meningkat. Ini terbukti dari hasil yang dijangkau dalam Asian Games ke 4 dan Games of the New Emerging Foeces (GANEFO) yang kesatu.
Setelah usaha terkutuk G 30 S/PKI gagal guna menguasai RI dan pemerintah Orde Baru memegang tampuk pimpinan negara diselenggarakan kriteria guna menilai prioritas dalam segala urusan yang butuh ditangani oleh Pemerintah, dan ekonomilah yang mendapat priorutas tertinggi. Tidak bersangkutan bahwa olahraga merasakan kemunduran. Ini tidak dilangsungkan lama sebab kalangan olahraga menyadari sepenuhnya tugas berat Pemerintah untuk membina negara dan bangsa, dan tidak mungkin melulu mau menggantungkan diri untuk Pemerintah. Lalu diselenggarakan musyawarah antara induk-induk cabang olahraga (MUSORNAS), dan sukses dibentuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang dengan Keputusan Presiden No. 57/1967 diputuskan sebagai satu-satunya pembina gerakan olahraga. KONI tunduk kepada kearifan umum Pemerintah dan wajib menolong Pemerintah dalam perencanaan kearifan umum di bidang olahraga. Dalam badan baru (KONI) ini KOI adalahbagian yang eksklusif menangani hubungan dengan IOC dan gerakan Olimpik. Ini paling pragmatis, sebab KOI telah menjadi anggota IOC semenjak 1952.
Di tahun 1970 dalam masyarakat timbul masalah profesionalisme, terutama dalam tinju. Pemerintah melewati PP no. 63/1971 menata pembinaan olahraga profesional secara menyeluruh, namun pada waktu tersebut baru tinju yang menonjol permasalahannya. Enam tahun lantas masalah sepakbola profesional menjadi perhatian khalayak ramai. Badan yang membangun profesionalisme menjadi perhatian khalayak ramai. Badan yang membangun profesionalisme ialah BAPOPI (Badan Pembina Olahraga Profesional Indonesia) sebagai penolong Menteri P dan K.
B. PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DUNIA
1. Bangsa Primitif
Pengetahuan mengenai bangsa primitif yang hidup di zaman jauh sebelum zaman kita kini ini, belum menyeluruh dan usianya pun belum tua. Baru semenjak ilmu antropologi kebiasaan membuka tabir rahasia kehidupan mereka melewati interpretasi hasil galian peninggalan – peninggalan kuno, orang mulai dapat membayangkan peri kehidupan bangsa primitif di masa lalu. Juga diselenggarakan penelitian tentang bangsa primitif yang ketika ini masih ada.
Drai peninggalan – peninggalan tersebut jelaslah bahwa insan telah mencapai peradaban melalui sejumlah tahap perkembangan. Tahap kesatu ialah zaman Eolitik di mana insan belum berpakaian dan kehidupan serupa hewan dalam mencari santap dan tidak di bawah atap. Ia baru memakai tongkat dan batu untuk mengayomi diri. Tahap kedua ialah zaman Paleotilik dimana suasana manusia telah lebih maju, telah berlindung dalam gua – gua, menggunakan pakaian sesederhana tercipta dari kulit, sudah mengejar api dan menciptakan senjata tajam. Mereka pun sudah dapat menggambar pada dinding – dinding gua. Tahap ketiga ialah zaman Neolitik dimana insan sudah dapat membuat gerabah, panah dan busur, pakaian tenunan serta dapat menjinakkan hewan untuk dijadikan hambanya.
Meniru adalahperbuatan yang mendasari edukasi bangsa primitif ini. Diusahakan bisa menyamai prestasi orang dewasa. Tahab akhir prndidikan ditandai dengan upacara-upacara ( Rites de passage ), dan anak dinyatakan termasuk kumpulan orang dewasa. Persiapan dari anak menjadi dewasa santap waktu lama. Suatu ujian contohnya : melulu boleh santap daging hewan yang susah diburu, bila mampu berburu baru mungkin memenuhi perut, sungguh ujian yang berat. Pendidikan dan latihan jasmani pada bangsa primitif tidak terpisah dari edukasi agama/ kepercayaan, edukasi estetis, moral dan ketrampilan praktis.
2. Mesir Kuno
Sudah terdapat kebudayaan pada tahun 5000 S.M. dan pada tahun 1500 S.M. menjangkau puncak kebesarannya. Kebudayaan Mesir kuno telah dominan kepada negara-negara di sekitarnya, baik di Afrika, Asia maupun Eropa, dalam urusan ilmu pengetahuan, bangunan alat lokasi tinggal tangga, dan sebagainya. Cara bertani dan membasahi sawah pun mencapai taraf tinggi. Orang Mesir kuno pun sudah menguasai pengawetan mayat, menenun, menciptakan gelas dan mengubah emas, mencatat dan menciptakan kertas, huruf, dan sebagainya. Kesenian pun bermutu tinggi berupa sajak, sastra, tari, melukis dan memahat.
Tujuan edukasi dan latihan jasmani sulit disebutkan karena di sekolah tidak ada. Kalau di sebuah pendidikan tersebut ada, maka sudah disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Tidak terdapat usaha-usaha khusus guna mempromosikan olahraga sebab kehidupan masih sederhana. Namun olahraga renang telah dikenal, ini tidak mengherankan sebab negara di belah dua oleh sungai Nil. Dari gambar-gambar tampak bagaimana kira-kira renang tersebut dilaksanakan. Kolam renang pun sudah terdapat di wilayah yang dikuasai oleh bangsawan, putri – putri pun ikut renang.
Olahraga naik Sampan pun digemari, dengan tongkat panjang orang yang naik Sampan tersebut mencoba mendorong lawannya hingga jatuh ke dalam air. Gulat, hoki, anggar dengan tongkat, panahan, main bola tampak pada lukisan-lukisan dinding di sekian banyak tempat. Sedang berburu Kuda Nil adalaholahraga kaumbangsawan.
Kereta perang yang ditarik oleh dua ekor kuda dan dikendarai oleh seorang atau dua orang sudah disukai dan dipakai untuk berpacu.
3. Cina Kuno
Seperti di mesir kuno jauh sebelum tarich masehi yakni 2500 tahun S.M. Cina kuno telah mengenal peradaban. Kelompok yang berkuasa selalu berjuang untuk menjaga peradaban yang sudah tercapai. Anak di didik cocok dengan cita-cita tersebut dan pembiasan tidak dibiarkan. Sehingga sekitar berabad-abad kehidupan masyarakat tetap laksana sediakala. Ini diperkuat oleh sistim family serta pemujaan terhadap nenenk moyang. Suatu family yang terdiri dari : kakek, nenenk, ayah- ibu, anak dan cucu-cucu merupakan kumpulan yang kompak dan di tangan satu pimpinan yang kuat. Semua family harus tunduk untuk satu pimpinan.
Pada awalnya kegiatan jasmani memegang peranan penting sebab dikaitkan dengan upacara-upacara keagamaan dan tarian-tarian. Pada masa-masa menyebarnya aliran Taoisme, Budhisme dan Confusianisme perhatian terhadap latihan jasmani menurun. Pada beda waktu pelajaran fisik dipakai dalam edukasi kaum militer.
Pada zama dinasti Chou ( 1115 S.M. ) terdapat sekolah yang dinamakan “ College of the East “ yang mengajarkan ritual( upacara ), tari, dan panahan. Pada musim semi dan panas murid-murid belajar panahan, musik dan tari-tarian. Setengah tahun berikutnya ialah untuk membaca, menulis, dan upacara. Pemuda yang masuk di sekolah itu ialah hasil opsi yang cermat berdasar moral dan kemampuan.
Pada umur 15 tahun pemuda-pemuda belajar panahan dan mengemudikan kereta perang, dan sesudah berusia 20 tahun ia menerima kupiah sebagai tanda syah masuk masyarakat orang dewasa. Hal ini tidak berarti pendidikannya berakhir, karena sampai umur 30 tahun ia butuh menyempurnakan diri dalam urusan nyanyi dan tari, tata upacara dan adat istiadat.
Upacara dan panahan adalahhal penting, karena diadakan oleh orang-orang terkemuka. Lebih penting memahami dan mematuhi peraturan-peraturan pengamalan daripada tepatnya sasaran terpapar anak panah. Semua dilangsungkan dengan irama musik, pemenang menerima piala, namun mereka wajib menyerahkan segelas anggur untuk yang kalah “ supaya kekuatannya meningkat “ . Bahwa panahan itu dirasakan penting diperlihatkan dengan adanya upacara 3 hari sesudah bayi lahir, dimana ayah mencungkil anak panah ke langit, bumi dan ke empat mata angin dengan doa semoga dewa-dewa menyayangi bayi itu.
4. Yunani Kuno
Yunani kuno terdiri dari sekian banyak negara-negara kecil yang kurang bersangkutan satu dengan yang lain sebab banyaknya pegunungan-pegunungan kecuali melewati laut. Lama kelamaan terjadi persatuan-persatuan baru yang menamakan diri negara. Diantara tidak sedikit negara-negara kecil tersebut sejarah selalu memungut dua negara utnuk dirundingkan karena perbedaan-perbedaan yang yang menyolok antara kedua negara itu. Ke dua negara tersebut yaitu : Sparta dan Athena.
Keadaan Yunani kuna sebelum 776 S.M. bisa dimegerti dari buku-buku “ Illiad “ dan “ Odyseey “ artikel Homer, dan dianggap sesuai untuk suasana sekitar tahun 1000 S.M.. Pada waktu tersebut agama menonjol sekali dan dominan besar untuk pendidikan, sastera, pantun, seni pahat, musik, arsitektur dan sebagainya.
Pendidikan ditujukan untuk pemilikan kwalitas dinamis dan bijaksana, benak dan jasmani sama-sama dikembangkan untuk dapat berbakti dalam masyarakat maupun peperangan. Manusia yang dinamis membutuhkan kesegaran jasmani, kekuatan, ketahanan, kelincahan dan keberanian, dan bukan badan besar kekar yang melebihi bangsa-bangsa lain.
Olahraga yang telah dilaksanakan antara beda : lomba kereta beroda dua ( Chariot ), tinju, gulat, lari cepat, lempar lembing dan tari-tarian. Dan Olahraga yang populer diantaranya Pankration ( semacam campuran tinju dan gulat ), panahan, mendayung, berlayar dan renang, pun tari-tarian.
5. Zaman Romawi
Negara Romawi terkenal sebab sifat militernya, serta bobot undang – undang dan pengadilan. Kebudayaan diambilnya dari Yunani yang pada suatu ketika ditaklukkannya, tetapi kemajuan yang tinggi sudah membuatnya mesti menerima kebudayaan Yunani itu.
Pendidikan ditangan swasta. Pemerintah mengusungCENSOR-CENSOR yang memantau peri kelakuan pemuda. Anak seluruh dididik di dalam family oleh ibu dan ayahnya sampai dapat membaca, mencatat dan berhitung. Setelah tersebut anak mesti tahu 12 undang-undang, mengenal syair-syair kepahlawanan, belajar lari dan berenang serta dapat menggunakan senjata.
Olahraga yang populer ialah main bola dan halter ( angkat besi ). Therma ialah tempat mandi umum yang besar dan mewah. Sebuah Therma bisa memuat 1600 – 3000 orang, dan di bina dari batu pualam, penuh dekorasi Frescom, Mozaik dan patung. Di samping berenang orang di Therma tersebut dapat mandi air dingin dan panas, mandi uap dan pijat.
Tontonan yang menyenangkan masyarakat ialah tinju, gulat, pertarungan antar Gladiator ( pemain pedang ), mengadu hewan buas, dan mengadu insan melawan binatang.
6. Abad Pertengahan
Dalam masa tersebut pendidikan ditujukan untuk persiapan pemuda guna peperangan, pelajaran pemakaian senjata dan berburu. Itu seluruh baik guna menilai sifat-sifat jasmani dan moril. Kalau dirasakan telah memadai diselenggarakan upacara pengalihan dari pemuda menjadi orang dewasa. Pada kesempatan tersebut ia menerima lembing dan perisai, disertai nasehat-nasehat.
Untuk menjadi prajurit yang tangguh dibutuhkan badan yang kokoh, kuat, cekatan, pandai bergulat, renang, tolak peluru, naik kuda. Main bola diajarkan dengan dalil kegunaan dan hiburan. Lebih-lebih sebab pendidikan intelek dan kejiwaan belum berkembang, maka latihan jasmani menempati perhatian yang utama.
Permainan zaman tersebut yang menonjol ialah main bola yang dibuntuti baik oleh Ritter-ritter maupun petani-petani. Juga semacam bolling dan tari-tarian. Panahan merupakan kewajiban dan mendapat perlindungan dari atasan. Mahasiswa semakin gemar main anggar dan format perkumpulan-perkumpulan. Permainan-permainan yang dulu hanya dibutuhkan olrh kaum bangsawan sudah tidak sedikit ditiru oleh masyarakat.
7. Zaman Renaissance dan Humanisme
Renaissance adalahperubahan besar dalam alam kejiwaan manusia. Manusia mulai sadar bahwa selama tersebut mereka hidup di dalam dunia yang sarat dengan kekangan dan pembatasan, antara beda tradisi, agama, gereja, negara dan masyarakat. Di masa Renaissance insan mulai mengejar dirinya sendiri dan mengejar dunia. Terjadilah pembaruan-pembaruan dalam sastera, seni dan ilmu pengetahuan. Hasil-hasil kebudayaan Romawi dan Yunani mengilhami gagasan-gagasan baru itu. Pangkal mulanya ialah Italia dan lantas menyebar ke semua Eropa.
Tokoh-tokoh Italia yang familiar sebagai humanis antara beda :Vittorino da Feltre, Vegio dan Silvio. Mereka tersebut semuanya malaksanakan latihan jasmani di sekolah-sekolah mereka. Mercurialis ialah dokter yang menyelenggarakan penelitian olahraga kuno serta hubungannya dengan kedokteran/ kesehatan dan menulisnya dalam kitab “ De Arto Gymnastica “. Penulis lainnya, yakni Mosso,meneropong pelajaran fisik/ gymnastik dari sudut ilmu faal dan menganalisis sejarah perkembangannya dan Scaino mencatat tentang bermacam-macam permainan zaman itu, setebal 315 halaman.
Seperti terbaca di atas kaum humanis sudah besar jasanya dalam menginsyafkan pentingnya latihan jasmani dan memelopori masuknya olahraga dalam kurikulum sekolah, dan adalahsalah satu unsur edukasi oleh semua Gouvernuer anak-anak ningrat.
Di samping itu zaman semakin melimpahnya pelajaran dan semakin bebasnya jiwa, adalahtanah subur untuk berkembang permainan.
8. Abad Ke 17
Di Eropa humanisme mulai tersa pengaruhnya untuk pendidikan. Pengembangan dan pemeliharaan tubuh mulai dinyatakan dan tidak bisa diabaikan.
Latihan-latihan jasmani terutama guna anak kaum bangsawan yang seringkali diasuh olrh “ Gouverneur “ dan pun di dalam Ritterakademie. Universitas melulu sedikit saja memberi peluang untuk naik kuda, anggar dan tari.
Kaum Jeziut ( gereja ) telah mengakui perlunnya permainan sebagai rekreasi yang sehat, dan murid-murid disuruh berkelana dan berkemah.
Para bangsawan memiliki permainan naik kuda dengan cepat seraya memasukkan benda ( contohnya tombak ) ke dalam cicin. Ini dilaksanakan baik dilintasan lurus maupun melingkar. Perlombaan-perlombaan kerap diselenggarakan sambil mengindikasikan kemegahan dan gemerlapan kehidupan bangsawan.
Rakyat biasa bermain bola dalam sekian banyak bentuk, meluncur di atas es ( skating ) dan mendayung. Di sejumlah daerah panahan pun populer.
9. Abad Ke 18
Abad ini ditandai oleh kesadaran baru bakal ilmuu pengetahuan alam oleh masyarakat luas sesudah kepeloporan Leonardo Davinci, Copernicus, Galilei, Keples dan Newton.
Orang mulai memakai pikiran secara tajam dan timbullah “ benak sehat “ yang dapat membedakan yang benar dari yang tidak benar. Kehidupan menjadi lebih dinamis dan berkembanglah ilmu alam kimia, kedokteran dan sebagainya.
Pendidik – pendidik zaman tersebut yang terkenal ialah Rousseau dan Locke. Mereka dominan pada kaum Philanthropinis. Disebut demikian sebab membayangkan bisa mengabdi untuk umat insan malalui mendidik menurut keterangan dari hukum alam dan logika pikiran. Kaum Philanthropinis berpijak pada fakta dan mengkhususkan kegunaan.
10. Inggris
Sudah semenjak dulu anak sekolah yang belajar dalam sekolah-sekolah Inggris mengemban permainan-permainan beregu yang dirasakan mempunyai pengaruh sosialisasi baik, dan bermanfaat dalam pembentukan kepemimpinan, kesetiaan, kerja sama, disiplin pribadi, prakarsa serta sikap kesatria. Disamping tersebut tentu saja kerinduan terhadap tanah air tidak jarang kali ditekankan.
Di Inggris usaha menjaga lapangan-lapangan olahraga dan tempat-tempat rekreasi serta taman-taman dilaksanakan dengan gigih. Walaupun demikian ketika ini dirasa adanya kelemahan tempat-tempat berolahraga dan rekreasi.
Beberapa cabang olahraga yang berasal dari Inggris ialah misalnya sepak bola, rugby, cricet dan tinju. Cabang-canbang olahraga inila sangat unik perhatian Pierre De Coubertin, orang Perancis yang menegakkan gerakan Olympic, yaitu guna menghidupkan pulang pesta olympic Yunani kuno dan menyelenggarakannya 4 tahun sekali. Pada tahun 1896 diadakan olympic games yang kesatu di Athena ( Yunani ).
C. HUBUNGAN ANTARA PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA
Di tema ini saya akan menyatakan Hubungan peradabaan sejarah olahraga di indonesia dan di dunia berupa pencak silat, sebab pencak silat mempunyai sistem pertandingan yang peraturannya dibuat oleh indonesia dan dibetulkan oleh dunia supaya pencak silat menjadi tontonan yang bela diri yang unik dan tidak menghilangkan seni khas indonesia. Pencak silat atau silat ialah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei,dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand unsur selatan sesuai dengan penyebaran sekian banyak suku bangsa Nusantara.
Berkat peranan semua pelatih asal Indonesia, sekarang Vietnam pun telah mempunyai pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia ialah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di sekian banyak negara ialah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang disusun oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pencak silat ialah olahraga bela diri yang memerlukan tidak sedikit konsentrasi. Ada pengaruh kebiasaan Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap wilayah di Indonesia memiliki aliran pencak silat yang khas. Misalnya, wilayah Jawa Barat familiar dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah terdapat aliranMerpati Putih dan di Jawa Timur terdapat aliran Perisai Diri.
Setiap empat tahun di Indonesia terdapat pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat pun dipertandingkan dalam SEA Games semenjak tahun 1987. Di luar Indonesia pun ada tidak sedikit penggemar pencak silat laksana di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.
Di tingkat nasional olahraga melewati permainan dan olahraga pencak silat menjadi di antara alat pemersatu nusantara, bahkan guna mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa. Olahraga pencak silat telah dipertandingkan di skala internasional. Di Indonesia tidak sedikit sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini mengindikasikan kekayaan kebiasaan masyarakat yang terdapat di Indonesia dengan nilai-nilai yang terdapat didalamnya.
Pencak Silat di Dunia
Pencak Silat sudah berkembang pesat sekitar abad ke-20 dan sudah menjadi olah raga persaingan di bawah penguasaan dan ketentuan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di sejumlah negara di semua 5 benua, dengan tujuan menciptakan pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai persaingan olah raga internasional. Hanya anggota yang dinyatakan Persilat yang diperbolehkan berpartisipasi pada persaingan internasional.
Kini, sejumlah federasi pencak silat nasional Eropa bareng dengan Persilat telah menegakkan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat kesatu di luar Asia, memungut tempat di Wina, Austria.
Pencak silat kesatu kali diperkenalkan dan dipertandingan dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) ke-14 tahun 1987 di Jakarta. Hingga sekarang cabang olahraga pencak silat teratur dipertandingkan dalam SEA Games. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai unsur program peragaan di Asian Games di Busan, Korea Selatan guna kesatu kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir merupakan pada 2010 memungut tempat di Jakarta, Indonesia pada Desember 2010.
Di samping dari upaya Persilat yang menciptakan pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada tidak sedikit aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di sekian banyak belahan dunia. Diperkirakan terdapat ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.
Pencak Silat di Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki teknik pembelaan diri yang ditujukan untuk mengayomi dan menjaga kehidupannya atau kelompoknya dari kendala alam. Mereka membuat bela diri dengan menirukan gerakan hewan yang terdapat di alam sekitarnya, laksana gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal awal ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan pun berkembang dari kemampuan suku-suku pribumi Indonesia dalam berburu dan berperang dengan memakai parang, perisai, dan tombak, contohnya seperti dalam tradisi suku Niasyang sampai abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diduga menyebar di kepulauan nusantara sejak abad ke-7 masehi, akan namun asal awalnya belum bisa ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, laksana Sriwijaya dan Majapahit dilafalkan mempunyai pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan bisa menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri bisa diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berasumsi bahwa bukti adanya seni bela diri dapat dilihat dari sekian banyak artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menyebutkan bahwa senjata dan seni beladiri silat ialah tak terpisahkan, tidak saja dalam olah tubuh saja, melainkan pun pada hubungan spiritual yang berhubungan erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara tersebut Sheikh Shamsuddin (2005) berasumsi bahwa ada pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan Indiadalam silat. Hal ini sebab sejak mula kebudayaan Melayu sudah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang diangkut oleh saudagar maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Pencak silat sudah dikenal oleh mayoritas masyarakat rumpun Melayu dalam sekian banyak nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yakni gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina unsur selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, bisa diketahui bahwa istilah “silat” paling tidak sedikit menyebar luas, sehingga diperkirakan bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke sekian banyak kawasan di rantau Asia Tenggara.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga daftar tertulis tentang asal awal silat susah ditemukan. Sejarah silat diceritakan melalui legenda yang pelbagai dari satu wilayah ke wilayah lain. LegendaMinangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) dibuat oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapipada abad ke-11. Kemudian silek diangkut dan dikembangkan oleh semua perantau Minang ke semua Asia Tenggara. Demikian pula kisah rakyat tentang asal awal silat aliran Cimande, yang menceritakan seorang wanita yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap wilayah umumnya mempunyai tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, contohnya Prabu Siliwangisebagai figur pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat saat penyebarannya tidak sedikit dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam padaabad ke-14 di nusantara. Kala tersebut pencak silat diajarkan bersama-sama dengan latihan agama di surau atau pesantren. Silat menjadi unsur dari pelajaran spiritual. Dalam budaya sejumlah suku bangsa di Indonesia, pencak silat adalahbagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain ialah gerakan silek Minangkabau kerap diperlihatkan dalam sekian banyak perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi ada tradisi “palang pintu”, yaitu pertunjukan silat Betawi yang dikemas dalam suatu sandiwara kecil. Acara ini seringkali digelar sebelum akad nikah, yaitu suatu drama kecil yang mengisahkan rombongan pengantin lelaki dalam perjalanannya mengarah ke rumah pengantin wanita dicegat oleh jawara (pendekar) dusun setempat yang diceritakan juga membubuhkan hati untuk pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin lelaki yang pasti saja dimenangkan oleh semua pengawal pengantin pria.
Silat kemudian berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi unsur dari edukasi bela negara guna menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawanpenjajah Belanda, tercatat semua pendekar yang mengusung senjata, laksana Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta semua pendekar wanita, laksana Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat ketika ini telah dinyatakan sebagai kebiasaan suku Melayu dalam definisi yang luas,[10] yaitu semua penduduk wilayah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta sekian banyak kelompok etnik lainnya yang memakai lingua franca bahasa Melayu di sekian banyak daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang pun mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa butuh adanya organisasi pencak silat yang mempunyai sifat nasional, yang bisa pula mengikat aliran-aliran pencak silat di semua Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI terdaftar sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat tersebut menjabat ketua IPSI. Acara tersebut pun dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara tersebut termasuk Indonesia, diputuskan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat nasional antara lain ialah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia,Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat sekarang telah secara sah masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, terutama dipertandingkan dalam SEA Games.
Aturan-Aturan Dalam Pertandingan Silat
Sejalan dengan norma dan nilai kebiasaan khususnya di Indonesia, terdapat sejumlah peraturan yang mesti diacuhkan dan dilaksanakan dengan seksama saat berlatih pencak silat, di antaranya sebagai berikut.
• Upacara pembukaan pelajaran yang terdiri atas:
• Menyiapkan barisan;
• Berdoa dipimpin oleh pelatih;
• Pembacaan “prasetya pesilat Indonesia”
• Penghormatan untuk pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.
• Pemanasan
• Latihan inti
• Pendinginan
• Upacara penutupan latihan diselesaikan dengan penghormatan dan berjabat tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar